Selasa, 21 Desember 2010

Taken






“You don't remember me? We spoke on the phone two days ago. I told you I would find you.” - Bryan Mills 

Untuk memperbaiki hubungannnya dengan Kim (Maggie Grace), putri semata wayangnya,agen CIA Bryan Mills (Liam Neeson) memutuskan pensiun dari kesibukannya yang telah mengandaskan rumah tangganya dengan mantan istrinya Lenore (Famke Janssen).

 Saat ulangtahunnya yang ke-17, Kim berencana untuk berlibur dengan temannya, Amanda (Katie Cassidy), ke Paris. Mills sangat menentang rencananya tersebut. Tetapi karena perubahan sikap Kim dan desakan mantan istrinya, yang merasa Mills terlalu overprotective karena selalu berhadapan dengan kejahatan selama hidupnya, akhirnya sang ayahpun memberikan license untuk kepergian putrinya.


Sesampainya di Paris, kedua remaja tersebut berkenalan dengan seorang pemuda bernama Peter (Nicolas Giraud), yang ternyata merupakan salah satu sindikat penculik turis Perancis. Dengan modus berbagi taksi untuk menghindari ongkos yang mahal, selama perjalanan, Peter mendapati bahwa mereka menginap di sebuah apartemen sendirian, tanpa perlindungan orang dewasa.

Saat di dalam apartemen, ponsel Kim bordering. Kemudian ia mencari ruangan yang hening untuk menerima telepon dari ayahnya  karena Amanda menyetel musik dengan sangat keras. Saat ditelepon, Kim melihat beberapa orang asing masuk dan menyergap Amanda dari ruangan seberang.  Tak lama kemudian Kim juga tertangkap hingga mereka terseret dalam sindikat perdagangan wanita. Dari sinilah perjalanan Mills menyelamatkan putrinya dimulai.




Anak : (sambil kaget sekaligus panik) Ada seseorang di sini!
Ayah : Sepupu Amanda kembali?
Anak : Bukan. Oh Tuhan, mereka menculik Amanda.
Ayah : Apa? Apa yang kau bicarakan? Kimmy?
Anak : Ayah.
Ayah : Kim? Kim?
Anak : (sambil menangis) Ayah, mereka menculik Amanda. Mereka menangkapnya.
Ayah : (sambil berlari mengambil alat perekam dan berusaha mengulur waktu) Oke, dengarkan ayah.
Anak : Oh Tuhan.
Ayah : Apa kau bertemu seseorang di pesawat?
Anak : Tidak.
Ayah : Di bandara?
Anak : Tidak. Ya, Peter.
Ayah : Peter? Siapa Peter?
Anak : Aku tidak kenal.
Ayah : Orang Amerika?
Anak : Bukan.
Ayah : Apa ia tahu di mana ia tinggal?
Anak : Dia naik taksi bersama kami. Ayah, mereka datang. Kumohon, aku takut.
Ayah : Ayah tahu. Tetap fokus, Kimmy. Kau harus bertahan. Berapa banyak mereka?
Anak : Tiga. Empat. Entahlah.
Ayah : Kau di mana?
Anak : Di kamar mandi?
Ayah : Masuk ke kamar. Masuk ke bawah ranjang. Bilang kalau kau sudah di sana.
Anak : (setelah berlari ke kamar dan masuk ke bawah ranjang) Aku di sini.
Ayah : (masih tetap fokus) Hal selanjutnya sangat penting. Mereka akan menemukanmu. Kim, fokus, ini intinya. Mungkin kau punya 5 atau 10 detik. Detik-detik yang sangat penting. Tinggalkan telepon di lantai. Konsentrasi. Tangkap apa saja yang kau lihat dari mereka. Warna rambut, warna mata, tinggi, pendek, bekas luka. Apapun yang kau lihat. Mengerti?
Anak : (masih tetap menangis) Iya.
Ayah : Mereka di sana. Aku bisa mendengarnya. Ingatlah, konsentrasi. Dekatkan teleponnya, jadi ayah bisa dengar. (sang penculik berbicara memakai bahasa Albania)
Anak : Mereka pergi. Kupikir mereka? Tidaak! Brewokan. Enam kaki. Tato di tangan kanan, bulan dan bintang.


Setelah dialog diatas, aku mulai semangat lihat film ini. Kelihaian Mills sebagai pensiunan CIA dalam menyelamatkan putrinya (dari teknik-teknik dalam menyelidiki, melacak, hingga menemukan putrinya yang hanya berawal dari telepon genggam) bener-bener bikin terpesona. Rangkaian perjalanan yang menegangkan penuh action bikin  tambah penasaran lihat film ini sampai detik terakhir. 


Niatnya mau liburan, tapi malah? Bayangin aja kalau kita liburan atau sekolah ke LN tapi karena gak waspada malah jadi tambah runyam, Naudzubillah. Film ini lumayan menguras emosi, gak habis pikir ada orang-orang yang bener-bener kurang ajar jahatnya dan mereka terorganisir dengan rapi. Astaghfirullah. Sampe temennya Mills sendiri ternyata juga terlibat. Betapa serakahnya manusia! Film action ini bener-bener menggambarkan kasih sayang seorang ayah yang berusaha mati-matian untuk menyelamatkan putrinya. Dan dari sini kita bisa belajar, bahwa kekhawatiran orang tua itu beralasan dan patut diperhiutngkan.

Tidak ada komentar:

 aku ingin jadi wanita seperti itu,  yang dapat ikhlas menerima segala bentuk kekuranganmu tanpa ada ingin merubah apapun bagaimanapun sifat...